Jumat, 22 Oktober 2010

tpq

Huruf-huruf (AKSARA) yang ada di dalam al Qur'an itu ada 3 Golongan,

1. Golongan 1
Meliputi : Huruf Alif, Ba', Ta', Tsa' dan Jim

a. Huruf Alif itu artinya "AKU".--->" BERUNTUNGLAH ORANG2 YANG MENJAGA FARJINYA"
Surat Al Kahfi ayat 110 itulah ma'rifatnya Alif.

Tempatnya ada dimana ?...
Jawab : tempatnya ada di FARJI kamu sekalian.
Dan Ingatlah DIA yang membangunkan kalian di waktu SUBUH.
Tapi banyak yang salah menanggapinya, begitu Farjinya bagun kok malah "KUMPUL" sama istrinya...bukan menghadap syukur lewat Sholat kepada yang membangunkan Farji kamu.

Arti Tersiratnya "BARANG SIAPA YANG INGIN MENGHARAPKAN PERJUMPAAN DENGAN TUHANNYA MAKA HARAP MENJAGA 'FARJI'-NYA.

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat" aN nUUR : 30; Al Mukminuun : 5; Al Ma'aaru 70 : 29.

Ayat An Nuur : 31 buat perempuan untuk emnjaga Farji-nya.

b. Huruf Ba'. ---> "BERUNTUNGLAH ORANG2 YANG MEMPERHATIKAN DARI APA YANG MEREKA MAKAN, MEMAKAN BARANG HARAM HAKEKATNYA SAMA DENGAN MEMAKAN API".

"maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya" 'Abasa : 24.

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" At TTaghobun : 14.---> kalau kita salah memberi mereka makanan yang tidak halal maka akan timbul tanduk dan yang paling dekatlah yang pertama kali ditanduk/diteror/disruduk.

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih" Al Baqarah " 174.

c. Huruf Ta' ---> Man Athallahu Bi qolbin Salim. " BARANG SIAPA YANG DATANG PADA ALLAH HARUS DENGAN HATI YANG IKHLAS".

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)" Al A'laa : 14,

"sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu" As Syams : 9.

d. Huruf Tsa' ---> Innallaaha Ma ash shoobiriinn.."SESUNGGUHNYA ALLAH BESERTA ORANG2 YANG SABAR".

"BARANG SIAP YANG BERTANYA TENTANG AKU MAKA JAWABLAH ; SESUNGGUHNYA AKU LEBIH DEKAT DARPADA URAT LEHER".

Maksudnya : kita harus menjaga dari tentang kematian (BERSABAR).

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk" Al Baqarah : 45,

"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" Al Baqarah : 153; 177, 249.

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar" Ali Imran : 142 dan 146, 186.

"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" Al Anfaal : 46, Huud : 115.

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka Tanpa Batas" Az Zumar : 10.

e. Huruf Jim : dari Kata Ja'alu ---> JANGAN SEKALI KALI KALIAN BERBOHONG KEPADA TUHANNYA"

Janganlah kalian Membuat Hujjah / Guyonan maka Allah akan mengolok2 kamu !!!.

Misal : Belum Sholat, bilangnya sudah sholat, dll.

"Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok" Al Baqarah : 14.

"Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka" Al Baqarah : 15.

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" At Taubah : 65.

"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan" Likman : 6.

"supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah)" Az Zumar : 56.

"Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, "mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka" dan mereka dikepung oleh adzab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu" Al Mukmin : 83.

"Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat" Al Jaatsiyah : 35.

gol 2 : kha kho sampai ain ghoin itu hurufnya sama yang membedakan "titik di atas" titik itu nilai KEADILAN jadi hidup ini harus adil

terus FA : wanafahtufikum minarruhi "kutiupkan sebagian ruhku kepadamu"
QOF : Coba perhatikan bayi yang dirahim itu kan bentuknya seperti qof nah itu ditiup ruh ke bayi di dalam rahim nah disitu kesaksian manusia terhadap robnya "alastubirobbiku qolu bala syahidna" kita udah bersaksi di dalam rahim

terus ditanya oleh Allah lagi ke golongan 3

kaf : itu domir anta bisa : KAMU
Lam : itu li : UNTUK
Mim : itu Ma : APA

KAMU UNTUK APA?

nun : dhomir nahnu : kita, saya
waw : dan
ha : domir huwa :
lamalif : tidak
amza : akun : menjadi
ya': yang
SAYA DAN DIA TIDAK MENJADI YANG BAGAIMANA??? BISA BAIK BISU BURUK TINGGAL PILIH SETELAH KITA DILAHIRKAN
YA ALLAH…

Ampuni dosa-dosa yang terkadang aku tidak tahu kalau itu dosa…

Tuntun dan bimbinglah aku ke jalanMU yang lurus ini,

Bimbinglah diri yang lemah ini agar tetap lurus dalam BERGURU

Serta tuntun juga orang-orang yang selalu besertaku dalam membesarkan namaMU

Terima kasih atas semua karunia yang ENGKAU berikan hingga usiaku yang ke 384 bulan



YA ALLAH…

Jangan ENGKAU berikan kekayaan yang membuat aku sombong

Jangan ENGKAU berikan kemulyaan yang membuat aku lalai

Jangan ENGKAU berikan kekuatan yang membuat aku angkuh

Jangan ENGKAU berikan kesenangan yang membuat aku lupa

Jangan ENGKAU berikan kenikmatan yang membuat aku kufur

Jangan ENGKAU berikan tahta yang membuat aku terpedaya

Jangan ENGKAU berikan pahala yang membuat aku tidak ihklas.



YA ALLAH…

Andai ENGKAU berkenan…

Berikan aku semua dengan kasih dan sayang MU

Hingga aku semakin tahu diri dan mensyukuri segala yang ENGKAU berikan…



YA ALLAH…

Berikan daku sahabat-sahabat yang selalu setia dalam menggapaiMU

Yang tangguh dan tabah dalam segala kesulitan

Yang tidak menjauh bila diberi kesenangan, tidak mengeluh bila diberi cobaan

Berilah saudara-saudaraku karunia yang membuat mereka selalu bersyukur kepadaMu,

Janganlah kami ENGKAU pecah belah

Janganlah kepada kami ENGKAU titipkan dendam kesumat, iri dengki dan sifat-sifat tercela,

Tapi titipkanlah di hati kami sifat saling menyayangi dan mencintai sesama…

Hari ini dan untuk selamanya



YA ALLAH…

Perkenankanlah doa hamba ini…

AMIN YA ROBBAL ALAMIN

isine fbq

" Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam berkelahi, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat menguasai emosinya tatkala marah " (Muttafaqun Alaih)

Sahabat Sukses Rumah Yatim Indonesia yang diridhoi Allah SWT, ada banyak hal yang kadang sangat-sangat sepele tetapi karena sikapi dengan sangat reaktif dan emosional, tiba-tiba hal yang sepele itu menjadi sebuah masalah yang besar dan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian yang bijak.

Suatu hari seorang bapak makan disebuah restoran bersama dengan keluarganya. Ketika sedang asik menyantap makanan, bapak tersebut melihat disampingnya ada seorang anak kecil yang tanpa sengaja menjatuhkan gelas dari mejanya. Airnya tumpah membasahi taplak meja dan baju si anak. Spontan ayah anak itu marah, “Mengapa kamu tidak hati-hati?” bentak si ayah. Si anak menangis. Si ayah makin memarahinya saja. Bapak yang lain menyaksikan kejadian itu hanya geleng-geleng saja. Menurutnya suasana makan keluarga tersebut seketika berubah menjadi kacau. Tentu saja keadaan tersebut tidak akan terjadi jika sang ayah mampu bersikap lebih bijak, sabar, dan tidak emosional.

Jika kita renungkan, dalam hidup ini ada banyak masalah yang muncul karena kita terlalu membesar-besarkan masalah yang sebenarnya sederhana saja. Keadaan akan menjadi lain, keluarga tersebut akan makan dengan tenang dan bersuka-cita, jika si ayah berkata sambil tersenyum, “Lain kali hati-hati ya, nak.” Masalah pun selesai ! Si anak dan keluarga yang lain pun senang. Namun, yang sering terjadi adalah kita lebih mengutamakan amarah, menyalahkan orang lain, keadaan, dan dunia sekitar jika sedang ditimpa persoalan. Akibatnya kita kehilangan dua hal yang sangat penting dalam hidup ini, yaitu :

Pertama : Rasa Syukur

Jika terlalu sibuk menggerutu dan mengeluh, kita akan kehabisan waktu untuk bersyukur atas segala rahmat yang Allah berikan. Hari ini sebelum kita protes tentang menu dan rasa makanan dihadapan kita, pikirkanlah seseorang yang tidak memiliki sesuatu untuk dimakan.

Sebelum kita mengeluh karena tidak memiliki banyak materi, pikirkanlah seseorang yang mengemis dijalanan hanya untuk mendapatkan sedikit belas kasihan dari orang lain.

Sebelum kita mengeluh karena wajah kita tidak secantik atau setampan yang kita inginkan, pikirkanlah seseorang yang memiliki wajah lebih buruk.

Sebelum kita mengeluh tentang kekurangan pasangan kita, pikirkanlah banyaknya orang yang bergumul meminta pasangan hidup.

Sebelum kita mengeluh tentang sulitnya hidup ini, pikirkanlah seseorang yang terbaring koma di rumah sakit, bahkan untuk memikirkan masa depanpun ia sudah tidak mampu lagi.

Sebelum kita mengeluh mengenai jarak yang harus kita tempuh ketika mengemudi, pikirkanlah seseorang yang juga menempuh jarak yang sama dengan berjalan kaki.

Ketika kita merasa lelah dan mengeluh tentang pekerjaan, pikirkanlah seseorang yang tidak mempunyai pekerjaankarena tidak memiliki kemampuan dan kesempatan seperti kita.


Kedua : Rasa Ikhlas

Kehidupan ini harus diterima dengan penuh Kebahagiaan tanpa suatu keharusan memiliki segalanya dengan berlebihan.

Jalan kebahagiaan adalah merasa senang pada diri kita, apa yang kita kerjakan dan apa yang kita miliki merupakan rahasia kekuatan, kepuasan, dan kehidupan pribadi yang berenergi tinggi.

Kebahagiaan menghubungkan kita dengan keindahan dan kekuatan semesta alam, dengan kekuatan tertinggi kita, dengan Sang Illahi.

Kebahagiaan berarti merasakan dan mengungkapkan kebahagiaan hidup, bergembira karena keindahan dan kekayaan sebagai makhluk.

Kebahagiaan merupakan daya pembebas ampuh yang melepaskan kreativitas, bakat, kemampuan, dan kecakapan kita.

Kebahagiaan mengilhami harapan. Kebahagiaan memberi makan hati dan jiwa. Kebahagiaan membawa semangat ke dalam hidup kita.

Kebahagiaan menular dan merupakan pemberian teerbesar yang dapat kita berikan kepada diri sendiri dan orang lain.Jalan kebahagiaan telah ada. Jalur itu senantiasa sudah ada menantikan kita…..

Kebahagiaan membuat tekanan darah kita yang tinggi menjadi normal, pernafasan menjadi lebih dalam dan teratur sehingga membawa lebih banyak oksigen kesel-sel tubuh kita.

Kebahagiaan meningkatkan vitalitas dan semangat sehingga kita akan merasa sehat. Kebahagiaan selalu memancar membasahi jiwa-jiwa yang kering dan tandus.

Kebahagiaan merupakan peristiwa dari dalam keluar. Kebahagiaan berasal dari dalam bathin kita untuk memberkahi dunia kita dan sekitar kita. Riak-riak gelombang Kebahagiaan itu melebar sambil membuat dunia menjadi lebih baik bagi kita semua.

" HANYA ORANG YANG SABAR YANG MAMPU SENANTIASA BERBHAGIA "
Pernahkah Anda memiliki sahabat sejati ? Seberapa dekat Anda dgn sahabat Anda itu, sejauh mana Anda bersahabat ? Trdng arti sahabat disempitkan oleh prilaku kita sendiri. Sahabat adlh hubungan kedekatan antara dua manusia baik laki2 maupun perempuan, dimana dua manusia ini saling berbagi dan bergotong royong dlm menghadapi apapun rintangan hidup.
Ini merupakan definisi secara umum yg byk dipraktekkan org2, mgkin trmsk Anda jg.

Tetapi bagi saya, sahabat adalah cinta sejati. Mengapa saya katakan sebagai cinta sejati ? Mungkin ini pertanyaan yg hadir dibenak Anda. Sahabat yg baik adlh sahabat yg mengingatkan dikala kita berbuat dosa, menolong kita dikala sedih, berbagi dikala senang, dan saling mendoakan dlm kebaikan. Sahabat tidak hanya teman saja yg apapun dilakukan bersama disebut sahabat.

Tidak semua hubungan dekat disebut sahabat, jika seorang teman dekat mengajak kehal-hal yg negatif, itu bukan melainkan musuh dlm selimut yg hendak menjerumuskan kita, karena sahabat selalu mengingatkan yg terbaik.

Sahabat mampu menumbuhkan cinta, tetapi bukan cinta org yg lagi pacaran. Cinta yg dimaksud adalah cinta dlm sgl hal, sifatnya universal namun positif. Sahabat mampu melahirkan cinta sejati, karena dari sahabat yg baik anugerah Allah turun dan berkahNya tumbuh.

Sahabat sejati pembangkit semangat dan harapan, sahabat sejati mengembalikan kita pada kodrat yang manusia ketika ketika kita terperangkap dalam kenistaan.

Karena itu, indahnya sebuah silaturrahmi adalah indahnya persahabatan yg sejati, dan sahabat sejati mampu memulihkan kita pada kecintaan kita yg sejati, karena cinta sejati adlh pancaran chaya Ilahi, melalui segumpal daging dalam tubuh manusia, yaitu HATI.

Apa arti sahabat menurut Anda? Apakah dia teman Anda dibar, teman Anda dijalan, teman Anda bekerja dan belajar ? Sahabat sejati selalu bersifat dan bersikap EMPATI, yg ikut bersama-sama menanggung beban yg sama, merasakan apa yg kita rasakan kemudian membantu dan meluruskan kita, pendeknya sahabat sejati selalu menjadi cahaya yg terang baik kita susah maupun senang.

Janganlah bersifat SIMPATI dlm persahabatan, karena sifat utama org yg simpati ketika org lain lagi naik daun atau maju dan bersemayam diarena kesuksesan, dia mengelu2kanya, menghormatinya, bahkan berani mengaku bersaudara, keluarga, dan lain, tetapi ketika org lain jatuh terpuruk, dia pergi meninggalkannya. Ironisnya, pengakuan sebagai saudara, keluarga, bahkan sahabat, hilang sama sekali. Ironisnya malah mnghujat, memaki, dan menghina org lain karena org yg awalnya dianggap sahabat telah jatuh terpuruk.

Bagaimana dgn Anda? Apakah sahabat hanya merupakan teman geng Anda ? Anda yg lebih tahu sebenarnya....
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami')
Dari dalil-dalil yang telah disebutkan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa sifat istri yang shalihah adalah sebagai berikut:
1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.
2. Tunduk kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, terus menerus dalam ketaatan kepada-Nya dengan banyak melakukan ibadah seperti shalat, puasa, bersedekah, dan selainnya. Membenarkan segala perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
3. Menjauhi segala perkara yang dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang rendah.
4. Selalu kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bertaubat kepada-Nya sehingga lisannya senantiasa dipenuhi istighfar dan dzikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yang laghwi, tidak bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta, ghibah, namimah, dan lainnya.
5. Menaati suami dalam perkara kebaikan bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya.
6. Menjaga dirinya ketika suami tidak berada di sisinya. Ia menjaga kehormatannya dari TANGAN yang hendak menyentuh, dari MATA yang hendak melihat, atau dari TELINGA yang hendak mendengar. Demikian juga menjaga anak-anak, rumah, dan harta suaminya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan kepada Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam:

عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تآئِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سآئِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا

“Jika sampai Nabi menceraikan kalian, mudah-mudahan Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian, muslimat, mukminat, qanitat, taibat, ‘abidat, saihat dari kalangan janda ataupun gadis.” (At-Tahrim: 5)
Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan beberapa sifat istri yang shalihah yaitu:
a. Muslimat: wanita-wanita yang ikhlas (kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala), tunduk kepada perintah Allah ta‘ala dan perintah Rasul-Nya.
b. Mukminat: wanita-wanita yang membenarkan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala

c. Qanitat: wanita-wanita yang taat.

d. Taibat: wanita-wanita yang selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka, selalu kembali kepada perintah (perkara yang ditetapkan) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam walaupun harus meninggalkan apa yang disenangi oleh hawa nafsu mereka.

e. ‘Abidat: wanita-wanita yang banyak melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (dengan mentauhidkannya karena semua yang dimaksud dengan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur’an adalah tauhid, kata Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma).
f. Saihat: wanita-wanita yang berpuasa. (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, Tafsir Ibnu Katsir)
SIFAT-SIFAT Istri Shalihah
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

“Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (An-Nisa: 34)
Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang ma‘ruf6 lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah berkata: “Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman: “Wanita shalihah adalah yang taat,” yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.” Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” {KEHORMATAN SUAMI)
Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menghadapi permasalahan dengan istri-istrinya sampai beliau bersumpah tidak akan mencampuri mereka selama sebulan,{bersambung}
Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Rasanya sudah cukup lama saya tidak menyapa sahabat Indahnya Persahabatan lewat inbox. Terutama dengan kiriman yang memberi motifasi dan inspirasi untuk lebih baik. Ok, kali ini saya hadirkan lagi, silahkan disimak ...

Joko dan Edi sama-sama diterima di sebuah perusahaan distribusi FMCG sebagai salesman setelah lulus. Mereka berdua bekerja keras.

Dua tahun kemudian bos Chandra mengangkat Edi menjadi Sales Supervisor. sedangkan Joko tetap saja menjadi Salesman.

Suatu hari Joko tidak tahan lagi dan mengajukan pengunduran dirinya kepada bos Chandra. Alasan Joko perusahaan ini tidak memperhatikan orang yang bekerja keras, hanya orang yang pandai menjilat bos saja yang bisa naik.

Bos Chandra tau bahwa Joko pekerja keras tetapi untuk menyadarkan Joko apa beda dia dengan Edi maka ia memberikan satu tugas kepada Joko.Ia meminta Joko untuk menemukan seorang pedagang semangka di pasar dekat kantor.

Saat Joko kembali, bos Chandra bertanya: “Sudah kau temukan Jok?” “Sudah pak” jawab Joko. “Berapa harga semangkanya?” tanya Bos Chandra. Joko pergi ke pasar lagi untuk menanyakan harga semangka lalu kembali menghadap bos Chandra dan berkata: “ Rp 1000 per kg pak.”

Bos Chandra berkata kepada Joko bahwa sekarang dia akan memberi perintah yang sama kepada Edi.

Edi ke pasar dan setelah kembali menghadap ke bos Chandra.Edi lapor kepada bos Chandra: “Di pasar hanya ada 1 pedagang semangka, harga semangka Rp 1000 per kg, kalau beli 100 kg hanya Rp 800 per kg nya,- ia mempunyai stok 324 biji, yang 32 dipajang di counternya. Semangka didatangkan dari Indramayu 2 hari yang lalu, warnanya hijau segar dan isinya merah jingga, kualitasnya bagus.”

Joko sangat terkesan dengan laporan Edi dan memutuskan untuk tidak jadi mengundurkan diri tetapi akan belajar lebih banyak dari Edi.

Morale of the story Kawan! Bekerja lebih keras saja tidak cukup. Seorang yang lebih sukses meneliti lebih banyak, berpikir lebih banyak dan mengerti lebih mendalam.

Untuk alasan yang sama seorang yang lebih sukses melihat beberapa tahun ke depan sedangkan kita hanya melihat esok hari saja.

Perbedaan antara 1 hari dan 1 tahun adalah 365 kali lipat.

Semoga bermanfaat memberi inspirasi untuk kita smua menjadi lebih sukses. amin

salam persahabatan..^_^
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS al-‘Ankabuut [29]: 2-3)

Sahabat Rumah Yatim Indonesia yang diberkahi Allah SWT, setiap kita yang hidup di muka bumi ini, siapapun kita, orang kaya, miskin, tua muda, laki perempuan, berpangkat atau rakyat biasa, konglomerat atau orang melarat, PASTI AKAN MENERIMA UJIAN karena UJIAN adalah tolok ukur kokoh dan rapuhnya IMAN kita. Jenis ujianpun berbeda-beda ada yang berupa KEKURANGAN nikmat ( selalu Defisit ) ada yang KELEBIHAN nikmat ( Surplus terus ). Yang kekurangan diuji KESABARANnya sedang yang kelebihan diuji KEBIJAKANnya.

Disamping itu UJIAN juga bisa menjelma berupa berbagai MASALAH KEHIDUPAN dan tidak satupun masalah tersebut yang tidak ada solusinya, karena semua masalah kita SENGAJA DIBUAT oleh SANG PENGUJI yaitu Allah SWT. Dan kita disuruh mencari dengan kesungguhan di KITAB SOLUSIN NYA. Dan salah satu upaya untuk memecahkan masalah kita adalah dengan Amal Sholeh kita................
Hadis riwayat Abdullah bin Umar Radhiyallahu’anhu: Dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam., beliau bersabda: Ketika tiga orang pemuda sedang berjalan, tiba-tiba turunlah hujan lalu mereka pun berlindung di dalam sebuah gua yang terdapat di perut gunung. Namun tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari atas gunung menutupi mulut gua yang akhirnya mengurung mereka. Kemudian sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain: Ingatlah amal saleh yang pernah kamu lakukan untuk Allah, lalu mohonlah kepada Allah dengan amal tersebut agar Allah berkenan menggeser batu besar itu.
Salah seorang dari mereka berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku mempunyai kedua orang tua yang telah lanjut usia, seorang istri dan beberapa orang anak yang masih kecil di mana akulah yang memelihara mereka. Setelah aku mengandangkan hewan-hewan ternakku, aku segera memerah susunya dan memulai dengan kedua orang tuaku terdahulu untuk aku minumkan sebelum anak-anakku. Suatu hari aku terlalu jauh mencari kayu (bakar) sehingga tidak dapat kembali kecuali pada sore hari di saat aku menemui kedua orang tuaku sudah lelap tertidur. Aku pun segera memerah susu seperti biasa lalu membawa susu perahan tersebut. Aku berdiri di dekat kepala kedua orang tuaku karena tidak ingin membangunkan keduanya dari tidur namun aku pun tidak ingin meminumkan anak-anakku sebelum mereka berdua padahal mereka menjerit-jerit kelaparan di bawah telapak kakiku. Dan begitulah keadaanku bersama mereka sampai terbit fajar. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu, maka bukalah sedikit celahan untuk kami agar kami dapat melihat langit. Lalu Allah menciptakan sebuah celahan sehingga mereka dapat melihat langit.
Yang lainnya kemudian berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku pernah mempunyai saudara seorang puteri paman yang sangat aku cintai, seperti cintanya seorang lelaki terhadap seorang wanita. Aku memohon kepadanya untuk menyerahkan dirinya (kegadisannya) tetapi ia menolak kecuali kalau aku memberikannya seratus dinar. Aku pun bersusah payah sampai berhasillah aku mengumpulkan seratus dinar yang segera aku berikan kepadanya. Ketika aku telah berada di antara kedua kakinya (selangkangan) ia berkata: Wahai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan janganlah kamu merenggut keperawananku kecuali dengan pernikahan yang sah terlebih dahulu. Seketika itu aku pun beranjak meninggalkannya. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mencari keridaan-Mu, maka ciptakanlah sebuah celah lagi untuk kami. Kemudian Allah pun membuat sebuah celah lagi untuk mereka.
Yang lainnya berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku pernah mempekerjakan seorang pekerja dengan upah enam belas karung beras (padi). Ketika ia sudah merampungkan pekerjaannya, ia berkata: Berikanlah upahku! Lalu aku pun menyerahkan upahnya yang sebesar enam belas karung beras namun ia menolaknya. Kemudian aku terus menanami padinya itu sehingga aku dapat mengumpulkan beberapa ekor sapi berikut penggembalanya dari hasil padinya itu. Satu hari dia datang lagi kepadaku dan berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu menzalimi hakku! Aku pun menjawab: Hampirilah sapi-sapi itu berikut penggembalanya lalu ambillah semuanya! Dia berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu mengolok-olokku! Aku pun berkata lagi kepadanya: Sesungguhnya aku tidak mengolok-olokmu, ambillah sapi-sapi itu berikut penggembalanya! Karena itulah upahmu yang dulu belum kamu ambil lalu aku belikan sapi lalu sapi itu berkembang biak sebanyak yang kamu lihat saat ini. Lalu ia pun mengambilnya dan dibawa pergi. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu, maka bukakanlah untuk kami sedikit celahan lagi yang tersisa. Akhirnya Allah membukakan celahan yang tersisa itu.
Sahabat, mari kita buat amal sholeh unggulan sebagai sarana munajat dan jurus andalan menyelesaikan masalah yang sedang dan akan yang menghimpit kita saat ini dan kelak.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah pula bersabda:

أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ. وَأَرْبَعٌ مِنَ الشّقَاءِ: الْجَارُ السّوءُ، وَاَلْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْمَركَبُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ.

“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek prilakunya(tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah )
Ketika Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَاناً ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً تُعِيْنُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الآخِرَةِ

“Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu Majah dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah)
Cukuplah kemuliaan dan keutamaan bagi wanita shalihah dengan anjuran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bagi lelaki yang ingin menikah untuk mengutamakannya dari yang selainnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأََرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Empat hal tersebut merupakan faktor penyebabdipersuntingnya seorang wanita dan ini merupakan pengabaran berdasarkan kenyataan yang biasa terjadi di tengah manusia, bukan suatu perintah untuk mengumpulkan perkara-perkara tersebut, demikian kata Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah. Namun dzahir hadits ini menunjukkan boleh menikahi wanita karena salah satu dari empat perkara tersebut, akan tetapi memilih wanita karena agamanya lebih utama. (Fathul Bari)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “(فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ), maknanya: yang sepatutnya bagi seorang yang beragama dan memiliki muruah (adab) untuk menjadikan agama sebagai petunjuk pandangannya dalam segala sesuatu terlebih lagi dalam suatu perkara yang akan tinggal lama bersamanya (istri). Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk mendapatkan seorang wanita yang memiliki agama di mana hal ini merupakan puncak keinginannya.” (Fathul Bari)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Dalam hadits ini ada anjuran untuk berteman/ bersahabat dengan orang yang memiliki agama dalam segala sesuatu karena ia akan mengambil manfaat dari akhlak mereka (teman yang baik tersebut), berkah mereka, baiknya jalan mereka, dan aman dari mendapatkan kerusakan mereka.” (Syarah Shahih Muslim). saya kira kalau mencari kreteria empat trsebut sulit mas seandainya adapun mungkian dia nya yg nolak....... :)
Berkata Al-Qadhi ‘Iyyadh rahimahullah: “Tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan kepada para sahabatnya bahwa tidak berdosa mereka mengumpulkan harta selama mereka menunaikan zakatnya, beliau memandang perlunya memberi kabar gembira kepada mereka dengan menganjurkan mereka kepada apa yang lebih baik dan lebih kekal yaitu istri yang shalihah yang cantik (lahir batinnya) karena ia akan selalu bersamamu menemanimu. Bila engkau pandang menyenangkanmu, ia tunaikan kebutuhanmu bila engkau membutuhkannya. Engkau dapat bermusyawarah dengannya dalam perkara yang dapat membantumu dan ia akan menjaga rahasiamu. Engkau dapat meminta bantuannya dalam keperluan-keperluanmu, ia mentaati perintahmu dan bila engkau meninggalkannya ia akan menjaga hartamu dan memelihara/mengasuh anak-anakmu.”
CALON-CALON GENERASI MANUSIA MALAIKAT
Mumpung masih syawal :) . Berikut ini wawancara dengan anak jalanan. Kesan pesan mereka tentang Ramadhan kemarin. Hebatnya mereka semua suka ramadhan . Bahkan Ingin Ramadhan sepanjang tahun !

oOo

Namaku Hamdhan, Kalau tidak salah umurku sebelas tahun. Cari aku di kolong jembatan layang di malam hari. Bisanya aku tidur disana setelah ngamen atau mengemis.

Aku suka Ramadhan. Dibulan yang lain makanku tidak menentu. Kadang bisa makan jika dapati uang. Kadang harus menahan lapar seharian. Di bulan puasa makananku terjamin.Tinggal datang ke masjid mushala .Ada makanan enak menanti .Ta'jil katanya, pembuka puasa. Ahh Andai sepanjang Tahun itu Ramadhan...

oOo

Namaku Tono, Umurku 11 tahun. Aku bekerja sebagai buruh bangunan.Aku mengangkut barang yang lebih ringan dibanding bapak-bapak yang lain.Aku harus bekerja karena keluargaku miskin.Upahku kuberikan kepada emak. agar kami bisa makan hari itu.

Aku suka Ramadhan ! Karena di bulan Ramadhan majikanku berpuasa dari mengomel dan memukuliku kalau aku salah atau lambat kerjanya.Padahal aku 'kan sering capek dan juga ingin bermain seperti teman seusiaku.Aku suka Andai sepanjang Tahun itu Ramadhan...

oOo

Ramadhan? Aku suka itu .Pundi-pundi berisi penuh .Tak cuma koin receh, dibulan Ramadhan juga banyak uang kertas. Yang mereka lemparkan dari balik kaca mobil mewah saat kusodorkan mangkuk plastik di lampu merah. Bulan puasa tiba-tiba membuat banyak orang baik ya?

Jadi ibuku bilang: "Amir, ada sisa untuk ditabung, mudah-mudahan kamu bisa sekolah lagi ... Ibu Tidak mau kamu terus-terusan jadi pengemis Nak " . Aku suka Andai sepanjang Tahun itu Ramadhan...

oOo

Namaku Sri. Aku yatim karena bapakku sudah meninggal. Kalau ingin ganti baju yang tidak ada tambal-tambal ber lubang Ya harus tunggu bulan setahun sekali. Bulan apa ya..Pokoknya yang ada lebarannya itu. Orang-orang kaya ganti baju.

Di bulan Ramadhan mereka menyumbangkan baju bekas mereka. Tapi masih bagus bagus kok .Kalo Lebaran aku pake baju-baju itu

Benar emak menasehati : .."Sabar nduk, Gusti Allah ora sare..". Emak suka Menenangkan rengekanku kalau minta baju baru. Karena aku malu diejek.

Terima kasih Ya Alloh ada Ramadhan aku jadi dapat baju bagus. Aku suka Andai sepanjang Tahun itu Ramadhan...

oOo

Namaku untung. Rumah deket rel kereta api. Sebelah barat pembuangan sampah.

Bulan yang paling menyenangkan adalah Ramadhan. Kalau beberapa hari mau lebaran. Orang-orang kaya mencari-cari Kami.Mereka mencari pengemis dan gelandangan alias "Gepeng". Katanya Mereka mau memberi zakat. Karena kalau sudah sholat Idh akan batal zakat fitrahnya

Ayo ,Ikut saja bersamaku di malam takbiran . Kita Tenang-tenang saja tiduran di emperan pinggiran jalan. Mereka pasti tergopoh-gopoh membangunkan kita untuk terima zakat .Hanya Di bulan Ramadhan orang kaya cari-cari orang miskin .. hehe. Aku suka Andai sepanjang Tahun itu Ramadhan...

oOo

Assalamu'alaikum. Namaku Salim. Walau masih kecil aku sudah kerja lo.Jadi kuli angkut. tapi aku angkat yang ringan-ringan. Walau orangtuaku miskin mereka melarangku mengemis !

Kalau Ramadhan. Aku menemani Bapak . Orang memanggilnya Bang maman. Aku Mengambilkan minum dan sesekali pijati punggungnya bergantian sama emak .Bapakku kuli juga.

Beliau sering kecapekan kalau Ramadhan.Karena di bulan Ramadhan ia banyak sekali angkut mebel juga kulkas, tivi baru . Kadang dimintai tolong memperbaiki rumah dan ngecat

Aku sering tanya bapak .Apa bulan puasa artinya ganti perabotan ya? Bapak hanya tersenyum dan menepuk pipiku.

Tapi aku suka Ramadhan. Bapaku jadi banyak kerjaan. Itu artinya aku bisa makan opor dan ketupat. walau setahun sekali. Aku suka Andai sepanjang Tahun itu Ramadhan...

oOo

Salim, Untung, Sri , Amir, Tono dan Hamdan adalah teman sepermainan di sebuah perkampungan Kumuh. Kebetulan mereka mendengarkan ceramah Bang Maman, ustadz miskin yang jadi imam mushola :

"Tuhan itu bisa berbuat apa saja .Maha Kuasa.Tuhan juga Pemurah. Mau mendengarkan doa dari siapa saja.Termasuk anak jalanan miskin terlantar seperti mereka"

seketika itu juga Salim, Untung, Sri , Amir, Tono Hamdan doa bersama :

Ya Alloh , Kami Mengemis padaMu..Jadikan cuma ada Ramadhan Sepanjang tahun…Amin...

Ternyata puasa yang dipandang berat oleh sebagian orang itu, Serta keluhan kita sehari-hari, Tidak seberapa dibanding penderitaan saudara-saudara Kita. Mereka adalah orang yang sering kita abaikan. Bahkan kita pandang sebelah mata. " Dan Nikmat Tuhanmu manakah yang engkau Dustakan ? " ( QS Ar-Rahman )

Minggu, 17 Oktober 2010

malam

Malamku tak kuhiasi dengan berbungkuk bersama mereka..
Malamku terhiasi tawa dari televisi yang mempersolek wajah,
Sekedar bercanda dengan para bidadari yang lama tak kupandang...
Sekedar melepas lelah beban Matahari tadi
Sejenak terlelap mendahului wajah-wajah tercinta
Melanglang... memasuki alam tak nyata,
Lalu ... malam mulai mengusikku,
Membangunkanku dengan kesenyapan tanpa suara..
Membolak-balikkan tubuh yang tadi bersimbah keringat...
Sekedar mengingatkan...
Sudahkah meminta ampun pada-Nya?
Sekedar memberitahu...
Apapun yang kupinta akan diberikan,
semoga....

pandang an

Dari Nabi S.A.W., "Pada waktu malam saya diisrakkan sampai ke langit, Allah S.W.T telah memberikan lima wasiat, antaranya :

· Janganlah engkau gantungkan hatimu kepada dunia kerana sesungguhnya Aku tidak menjadikan dunia ini untuk engkau.
· Jadikan cintamu kepada-Ku sebab tempat kembalimu adalah kepada-Ku.
· Bersungguh-sungguhlah engkau mencari syurga.
· Putuskan harapan dari makhluk kerana sesungguhnya mereka itu sedikitpun tidak ada kuasa di tangan mereka.
· Rajinlah mengerjakan sembahyang tahajjud kerana sesungguhnya pertolongan itu berserta qiamullail.

Ibrahim bin Adham berkata, "Telah datang kepadaku beberapa orang tamu, dan saya tahu mereka itu adalah wakil guru tariqat. Saya berkata kepada mereka, berikanlah nasihat yang berguna kepada saya, yang akan membuat saya takut kepada Allah S.W.T.
Lalu mereka berkata, "Kami wasiatkan kepada kamu 7 perkara, iaitu :

· Orang yang banyak bicaranya janganlah kamu harapkan kesedaran hatinya.
· Orang yang banyak makan janganlah kamu harapkan sangat kata-kata himat darinya.
· Orang yang banyak bergaul dengan manusia janganlah kamu harapkan kemanisan ibadahnya.
· Orang yang cinta kepada dunia janganlah kamu harapkan khusnul khatimahnya.
· Orang yang bodoh janganlah kamu harapkan akan hidup hatinya.
· Orang yang memilih berkawan dengan orang yang zalim janganlah kamu harapkan kelurusan agamanya.

· Orang yang mencari keredhaan manusia janganlah harapkan akan keredhaan Allah daripadanya."
Sunggu indah…
Dunia maya bisa mempertemukan kembali saya dengan teman-teman lama, bahkan yang sudah belasan tahun tidak bertemu lalu kami dipertemukan di situs jejaring sosial.
Walaupun hanya berselancar lewat genggaman tapi manfaat positifnya bisa saya rasakan.
Bertambah ilmu dan teman merupakan rejeki yang tak ternilai buat saya.

Dua hari kebelakang ada sebuah pengalaman yang mengesankan. Siapa sangka, orang mengunjungi blog saya dan akhirnya sebagai sesama Blogger kamipun seringkali saling mengunjungi dan bertukar link ternyata dia adalah orang pernah saya kenal waktu di jogja.

Saya baru tahu kemarin kalau ternyata dia orang yang saya kenal. Dulu kami kenal di sebuah stasiun radio dan dia saat itu sebagai penyiar di radio tersebut sedangkan saya jama’ah pengajian yang diadakan disana karena kebetulan merupakan sebuah radio dakwah. Hmmm…hari ini, satu lagi saya temukan sahabat lama.

Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.
Terimakasih ya Allah.
Salam Persahabatan....

Dari Anas r.a. berkata bahwa ada tujuh macam pahala yang dapat diterima seseorang itu selepas matinya.

1. Sesiapa yang mendirikan masjid maka ia tetap pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadat di dalamnya.

2. Sesiapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya.

3. Sesiapa yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selagi ada orang yang membacanya.

4. Orang yang menggali perigi selagi ada orang yang menggunakannya.

5. Sesiapa yang menanam tanam-tanaman selagi ada yang memakannya baik dari manusia atau burung.

6. Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya.

7. Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mana ianya selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristighfar baginya

8. yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur'an maka orang yang mengajarnya akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.

Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W. telah bersabda : "Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan tiga macam :

1. Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah)

2. Ilmu yang berguna dan diamalkan.

3. Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya.

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ ع : َنْهُ قَالَسَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ . [رواه مسلم]

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ. [رواه الترمذي ومسلم ]
Bila kita memegang konsep Qadariyyah (kelompok yang menolak takdir Allah atau berkeyakinan bahwa manusia memiliki kemampuan sendiri yang tidak terkait dengan kekuasaan dan kehendak Allah), maka kita akan mengatakan: “Untuk apa kita tawakkal padahal kita memiliki kemampuan.” Tentu konsep seperti ini adalah konsep yang batil. Atau seperti yang diucapkan oleh Qarun dengan keangkuhannya:

“Qarun berkata: ‘Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku’.” (Al-Qashash: 78)

Sehingga ia tidak butuh kepada tawakkal. Tentunya yang benar tidak seperti itu.
Tawakkal di samping sebagai perintah Allah juga merupakan perkara yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Bagaimana itu? Marilah kita berlaku jujur terhadap diri kita, yaitu bahwa kita diciptakan oleh Allah dalam keadaan lemah di atas kelemahan. Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t dalam tafsirnya mengatakan: “Lemah tubuhnya, lemah keinginannya, lemah kesungguh-sungguhannya, lemah imannya, dan lemah kesabarannya. Oleh karena itu pantaslah Allah meringankan (aturan syariat) yaitu perkara yang dia tidak sanggup untuk memikulnya dan tidak sanggup untuk dipikul oleh keimanannya, kesabarannya dan kekuatannya.”
Apakah kita bisa berbuat dengan kelemahan itu tanpa bantuan dari Allah ? Jawabnya tentu saja tidak. Oleh karena itu bila berbuat sebagai sarana untuk mendapatkan yang diinginkan tidak akan bisa dilakukan melainkan dengan bantuan Allah, bagaimana lagi bisa memetik hasil sebagai tujuan dari usaha tersebut tanpa bantuan dari Allah . Allah berfirman:


“Dan Allah hendak menerima taubat kalian sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kalian berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). Allah hendak memberikan keringanan kepada kalian, dan manusia diciptakan bersifat lemah.” (An-Nisa’: 27-28)

“Allah, Dialah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah kemudian menjadikan kalian sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian dia menjadikan kalian sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakinya dan Dialah Yang Maha Mengetahui dan Mahakuasa.” (Ar-Rum: 54)
Ayat di atas sangat jelas sebagai bantahan terhadap konsep Qadariyyah yang memiliki kesombongan terhadap kekuatan yang ada pada dirinya dan ingin melepaskan diri dari Allah . Oleh karena itu untuk apa engkau menyerahkan diri dan urusanmu kepada kemampuan diri sendiri padahal dirimu lemah tidak berdaya? Qarun dengan kemampuannya menumpuk harta yang diberikan Allah dan menyandarkan semua wujud keberhasilannya kepada ilmunya, pada akhirnya harus menelan kepahitan hidup yang di saat itu ia tidak bisa menyelamatkan diri sendiri dan tidak bisa menelurkan idenya agar bisa kembali berbahagia dengan harta dan pendukungnya. Bukankah pengetahuan kita terbatas? Allah menjelaskan:
“Dan tidaklah kalian diberi ilmu melainkan sedikit.” (Al-Isra’: 85)
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh.” (Al-Ahzab: 72)
Semua ini menggambarkan kepada kita tentang sangat butuhnya kita kepada Allah dan tidak akan mungkin meski sekejap mata untuk terlepas dari Allah . Terlebih lagi kita berasal dari sifat kelemahan dan tidak mengetahui apa-apa.

kamera

Sudah pernah mendengar tentang Tilt-Shift Photography?
Waktu jaman foto pakai film dulu, saya pernah lihat teman-teman dari Teknik Sipil & Arsitek pakai lensa tilt & shift. Belakangan, ternyata ini jadi gaya fotografi tersendiri. Thanks utk Zaki Fachrizal yang nge-tag nama saya di foto tilt-shift-nya.
Setelah cari lebih banyak referensi, saya coba juga bikin foto tilt-shift. Seperti biasa, catatannya saya simpan di
http://fotografi-dasar.blogspot.com/2010/10/tilt-shift-photography.html

Selain itu, saya juga mencoba membandingkan pengaruh ukuran sensor terhadap efek bokeh pada aperture tertentu. Untuk tes ini saya pakai 3 kamera yang mewakili ukuran sensor poket, prosumer, dan DSLR (APS-C). Hasilnya bisa dibaca di:
http://fotografi-dasar.blogspot.com/2010/10/dslr-vs-prosumer-vs-poket-aperture.html
Pasti bermanfaat untuk teman2 yang sedang mempertimbangkan membeli kamera.
Untuk yang suka motret makro, mungkin alat-alat bikinan sendiri bisa jadi alternatif, silakan baca di:
http://fotografi-dasar.blogspot.com/2010/10/macro-tools.html
http://fotografi-dasar.blogspot.com/2010/10/perbandingan-macro-converters.html

Selain itu, ada beberapa info lomba, di antaranya:

1. Lomba foto pariwisata tanah Datar, silakan klik:
http://tanahdatar.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1031%3Alomba-foto-a-artikel&catid=52%3Aberita&Itemid=77

2. Lomba foto Momen Indah Calon Ibu, diselenggarakan oleh Club Nutricia, silakan klik:
http://www.facebook.com/?sk=messages&ref=mb#!/group.php?gid=40096104034&v=wall

Selamat datang untuk yang baru bergabung. Selamat menekuni hobi untuk yang baru beli kamera ... hehehe ...
Ada beberapa member yang bercerita kalau baru beli kamera, sekaligus bertanya tentang hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam perawatannya. Jadi, seperti biasa, saya tulis saja di:
http://fotografi-dasar.blogspot.com/2010/10/penjaga-kamera.html
Intinya, jangan biarkan kamera Anda lepas dari perhatian :-)

Rekan-rekan yang sudah memiliki pengalaman lebih banyak, silakan menambahkan. Jika ada yang memiliki blog dan catatan tentang fotografi serta berminat untuk berbagi pengalaman, silakan kontak saya supaya bisa dijadikan pengurus group.
Binatang peliharaan merupakan salah satu obyek foto yang menarik. Tapi ternyata ga mudah juga motretnya. Klo mau baca reppotnya motret kucing, silakan klik ke blog saya:
http://fotografi-dasar.blogspot.com/2010/09/repotnya-motret-kucing.html

Selain beberapa hal yg bisa saya share dari pengalaman motret kucing, di situ juga ada link untuk download e-book Pet Photography yang bisa jadi bekal motret berbagai peliharaan.

Untuk yang berencana beli DSLR, ada tawaran Nikon D60 kondisi 2nd dari Muhamad Habibi di Jakarta, silakan lihat ke wall group & kontak langsung aja ya. Baiknya sih COD, sama2 aman & senang. Untuk pertanyaan2 yang terlewat & belum terjawab, silakan dikirim ke inbox deh ya.

menjelang weekend, waktu yang tepat untuk berlatih memotret ataupun mencoba memperhatikan kembali fotofoto yang kita miliki dan melakukan olah-digital untuk meningkatkan kualitasnya.

Salah satu catatan saya dari para fotografer senior:
"satu frame, satu PoI"

Catatan baru di blog saya adalah bagaimana agar PoI. hal yang paling menarik minat kita, tampil menonjol dalam frame. Silakan dibaca di:
http://fotografi-dasar.blogspot.com/2010/10/menonjolkan-point-of-interest.html

ngegombal

"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali "(An-Nahl: 92).

Sahabat Sukses Rumah Yatim Indonesia yang dicintai Allah, sebulan penuh kita berjuang dengan segala potensi yang ada pada diri kita untuk mendidik nafsu membangun Jiwa yang kokoh agar senantiasa tunduk dan patuh terhadap aturan Allah serta menikmati indahnya bermesraan dengan Allah, bersimpuh menyuguhkan segunung dosa dan khilaf yang telah kita lakukan disetiap waktu sepanjang hidup kita.

Kini Syawal telah tiba segala rasa salah, dendam, benci, marah terhadap sesama kita termaafkan sudah. Segala rasa rindu, haru, sayang dan cinta terhadap orang-orang telah berjasa atas jalan sukses hidup kita telah terobati sudah, dengan berbagi rasa bahagia diantara kita.

Lalu akankah jerih payah dan perjuangan kita kemarin, akan lenyap begitu saja ?
Akankah bangunan jiwa yang sudah mulai kokoh, akan luluh lantak kemabali ?
Akankah jalinan kasih sayang dan cinta diantara sesame kita, akan terkoyak lagi ?
Akankan kita seperti membangun sebuah rumah yang indah dan megah kemudian tiba-tiba dalam sekejap kita kemudikan mesin buldoser untuk menggilas habis rumah kita yang indah dan megah tadi ?

Jangan…., Jangan….. dan jangan sekali-kali itu kita lakukan !!!

Karena indicator Sukses Ramadhan kita diantaranya adalah :

• Segera melunasi hutang puasa di Bulan Syawal sekarang ini ( bagi yang uzur Haid atau Sakit di Bulan Ramadhan )
• Menyambung Puasa 6 hari di Bulan Syawal, "Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun “ . (HR. Muslim)
Tidak sedikit manusia yang berbahagia dengan berlalunya Ramadhan sebab mereka merasa berat, jenuh dan lama berpuasa Ramadhan. Barangsiapa merasa demikian maka sulit baginya untuk bersegera kembali melaksanakan puasa, padahal orang yang bersegera kembali melaksanakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bukti kecintaannya terhadap ibadah puasa, ia tidak merasa bosan dan berat apalagi benci..Membiasakan shalat-shalat dan puasa sunnah serta sedekah sepanjang tahun dalam rangka untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat, di antaranya; ia sebagai pelengkap dari kekurangan yang terdapat pada Ibadah Wajib/Fardhu, merupakan salah satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba-Nya, sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab dihapusnya dosa dan dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.
• Orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada hari Raya'ldul Fitri yang merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa. Oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba atas pertolongan dan ampunan yang telah dianugerahkan kepada kita adalah meneruskan kembali secara konsisten dan kontinyu segala bentuk amal shalih yang kita kerjakan selama Ramdhan akan terus kita kerjakan juga setelah Ramadhan.
Tetapi jika kita malah menggantinya dengan perbuatan maksiat maka kita termasuk kelompok orang yang membalas kenikmatan dengan kekafiran. Apabila ia berniat pada saat melakukan puasa untuk kembali melakukan maksiat lagi, maka puasanya tidak akan terkabul, ia bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya kembali. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali "(An-Nahl: 92)
Para sahabat-sahabatku sekalian yang berada di alam jasad dan ruh.
yang semoga selalu melangkah atas tindakanNYA. .dan bertindak tanpa didasari nasfu diri.
yang selalu saya hormati dan sayangi.

'Semoga kita tidak di biasakan dengan selalu meng-AKU-AKU-kan diri dan meng-KAMU-KAMU-kan orang lain'
Karena belum tentulah DIRI ini terhormat disisi ALLAH malah bisa sebaliknya.

Oleh sebab itu mari koreksi MASING-MASING diri, di banding menyibukkan dengan mencari kehilafan orang lain yang malah bisa menghambat ibadah kita dalam menuju kehadirat ALLAH SWT.

wassalamu'alaikum

. . . YG selalu mencintai ALLAH SWT. dan tidak akan pernah berhenti untuk mencintai NYA.


I LOVE ALLAH.

ngarep

“Lebih baik engkau memilih kalah (mengalah) sedang engkau sebagai orang yang adil, daripada engkau memilih menang dalam keadaan engkau sebagai orang yang zalim.”
Di sebuah Desa Gendong Kec.Laren Kab.Lamongan Jawa Timur, adalah salah satu desa yang setiap tahun langganan tenggelam karena luapan Bengawan Solo. Disini ada sebuah Pesantren , PAUD dan sekolah SMP Swasta GRATIS 100%, total muridnya ada 225 anak yang didirikan oleh 15 orang Relawan = orang-orang yan tidak berharap besarnya gaji atau mempermaslahkan naik turunnya honor, niatnya hanya ingin punya prestasi disisi Allah. Dengan Gedung dan Fasilitas yang sangat minim hasil dari swadaya masyarakat setempat. Setelah sekian tahun berjalan apa yang terjadi ?

Lahirlah Generasi dan Masyarakat yang berkarakter, kejujuran dan kebersamaan dijunjung tinggi, tak ada yang buta huruf Al-Qur’an, Alumni dari SMP ini mempunyai keterampilan yang cukup dan yang paling menonjol pandai berbahasa Asing dan menjadi salah satu SMP terbaik di Kabupaten Lamongan.
Ternyata salah satu Alumni dari Lembaga ini, adalah Pendiri sebuah Pesantren Bahasa Asing di Pare Kediri, sehingga dihari libur panjang murid-murid yang akan naik kelas 3 dikirim ke Pare-Kediri selama 1 bulan di Camp di Pesantren Bahasa Asing tersebut, hasilnya sungguh sangat memuaskan. Dan yang paling menginspirasi adalah tidak kurang dari 300 generasi per tahun yang dilahirkan dari Camp ini dari berbagai Level.

Sahabat Sukses Rumah Yatim Indonesia, ternyata mencetak dan melahirkan Generasi yang Terampil dan Berkakter yaitu Generasi Qur’ani Robbani tidak semata dengan Fasilitas yang Wah, tapi dibutuhkan adanya Manusia-Manusia Malaikat dan Alhamdulillah Manusia-Manusia Malaikat itu ternyata selalu ada disetiap Daerah, hanya saja diperlukan Fasilitator yang mampu mentriger kekuatan Manusia-Manusia Malaikat ini agar semakin dahsyat dan tersistem, kita bersama Rumah Yatim Indonesia telah memposisikan diri sebagai Fasilitator mereka.

Alhamdulillah telah ada 20 Tempat Kegiatan dibawah Rumah Yatim Indonesia yang dikelola oleh Manusia-Manusia Malaikat, bertittik tolak dari sini Rumah Yatim Indonesia mengajak para Sahabat semua untuk mengangkat MEGA PROYEK = MENCETAK 1 JUTA MANUSIA MALAIKAT dengan Konsep ” 1 RELWAN 10 GENERASI PER TAHUN ” dengan beberapa Program Ringan yang mendukung suksesnya Mega Proyek tersebut. Bagaimana kalkulasi dan penjelasannya ? insya Allah akan kita proyeksikan di note berikutnya.

” Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam ” ( Asy-Syuuro : 109 )

Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya ”. ( Al-Furqon : 57 )

Rosulullah SAW juga sukses dalam membangun sebuah peradaban baru karena beliau adalah sosok Manusia Malaikat juga didukung oleh Sahabat-Sahabat setianya yang juga Manusia-Manusia Malaikat. Simak saja kisah Sahabat Ali bin Abi Thalib ketika Istrinya Fatimah sakit sedang menginginkan Buah Delima


"Siti Fatimah r.a menderita sakit, maka datanglah Ali ke rumahnya, kemudian berkata:"Ya Fatimah, apakah yang engkau inginkan dari makanan di dunia ini?"

Fatimah menjawab: "Ya Ali, saya ingin buah delima."

Maka Ali berfikir sejenak, kerana ia tak ada uang sepersenpun. Dia pun berdiri serta pergi ke pasar mencari pinjaman uang satu dirham yang lalu dibelikan sebuah delima untuk istrinya Fatimah
Di dalam perjalanan, dia melihat seorang tua yang menderita sakit, ibarat orang terbuang di jalan, maka Ali berhenti dan bertanya kepadanya:"Wahai hamba Allah, apakah yang engkau inginkan?"

Orang tua itu berkata: "Ya Ali, sudah lima hari saya di sini ibarat orang terbuang belum ada sesuatupun yang bisa saya makan dan telah banyak orang yang lalu dan tidak seorang pun yang memalingkan mukanya kepada saya dan saya inginkan buah delima yang kau bawa itu ."

Maka Ali berfikir sejenak, dalam hatinya berkata:"Saya hanya membeli sebuah delima untuk Fatimah, seandainya delima ini saya berikan seluruhnya kepada peminta-minta ini maka Fatimah tidak mendapat bahagian. Tetapi kalau orang tua ini tidak saya beri telah menyalahi firman Allah Taala:
'Adapun orang yang meminta-minta, jangan lah engkau herdik'


Dan Nabi s.a.w juga telah bersabda:
'Janganlah kamu sekalian menolak orang yang meminta-minta, meskipun dia itu di atas kuda'
(Al-Hadith)

Maka Ali lalu memberikan Buah Delima itu kepadanya . Seketika itu juga dia sembuh, dan serentak itu pula Siti Fatimah r.a (yang berada di rumah) juga sembuh dan tidak menginginkan lagi buah delima.

Ali pun lalu pulang, dan sesampai di rumah dia berasa malu. Tatkala Fatimah melihatnya, maka dia segera berdiri tersenyum menyambutnya serta merangkulnya lalu mendakapnya ke dadanya seraya berkata:

Mengapa engkau bersedih hati wahai suamiku? Demi keperkasaan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung, sesungguhnya tatkala engkau memberikan delima itu kepada orang tua tersebut, maka hilanglah keinginan ku kepada buah delima."

Maka Ali gembira dengan kata-katanya istrinya itu. Tiba-tiba datanglah seseorang mengetuk pintu. Tanya Ali:
"Siapa ya ?"
Jawab orang itu:
"Saya Salman Al-Farisi, tolong, bukakan pintu!"
Ali berdiri dan membukakan pintu, dan dia melihat Salman Al-Farisi di tangannya memegang talam yang tertutup di bahagian atasnya, serta meletakkanya di hadapan Ali.
Kata Ali:
"Dari manakah ini, ya Salman?"
Jawab Salman:
"Dari Allah kepada Rasul dan dari Rasul kepada engkau."

Maka Ali membuka tutup talam itu, ternyata di dalamnya terdapat sembilan buah delima. Maka Ali berkata lagi:
"Ya Salman, kalau ini untuk saya tentunya harus sepuluh, berdasarkan firman Allah Ta'ala:
'Barangsiapa mangerjakan satu kebajikan, maka baginya sepuluh balasan yang sepadan'

Salman al-Farisi tertawa sambil mengeluarkan sebiji delima dari dalam saku bajunya dan meletakkannya di talam seraya berkata:
"Ya Ali, demi Allah sesungguhnya delima itu sebanyak sepuluh akan tetapi saya ingin menguji kecerdasanmu"
Sikap merendah tanpa menghinakan diri- merupakan sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan seluruh makhluk-Nya. Sudahka h kita memilikinya?

Merendahkan diri (tawadhu’) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan juga di hadapan seluruh makhluk-Nya. Setiap orang mencintai sifat ini sebagaimana Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Sifat terpuji ini mencakup dan mengandung banyak sifat terpuji lainnya.

Tawadhu’ adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya(penjahat pendosa seklipun) baik ketika suka atau dalam keadaan marah. Artinya, janganlah kamu memandang dirimu berada di atas semua orang. Atau engkau menganggap semua orang membutuhkan dirimu.

Lawan dari sifat tawadhu’ adalah takabbur (sombong), sifat yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah mendefinisikan sombong dengan sabdanya:
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (Shahih, HR. Muslim dari hadits Abdullah bin Mas’ud z)

Jika Qta mengangkat kepala di hadapan kebenaran baik dalam rangka menolaknya, atau mengingkarinya berarti anda belum tawadhu’ dan anda memiliki benih sifat sombong.

Tahukah Qta apa yang diperbuat Allah subhanahu wa ta’ala terhadap Iblis yang terkutuk? Dan apa yang diperbuat Allah kepada Fir’aun dan tentara-tentaranya? Kepada Qarun dengan semua anak buah dan hartanya? Dan kepada seluruh penentang para Rasul Allah? Mereka semua dibinasakan Allah subhanahu wa ta’ala karena tidak memiliki sikap tawadhu’ dan sebaliknya justru menyombongkan dirinya.

Tawadhu’ di Hadapan Kebenaran

Menerima dan tunduk di hadapan kebenaran sebagai perwujudan tawadhu’ adalah sifat terpuji yang akan mengangkat derajat seseorang bahkan mengangkat derajat suatu kaum dan akan menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi dan kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Qashash: 83)

Fudhail bin Iyadh t (seorang ulama generasi tabiin) ditanya tentang tawadhu’, beliau menjawab: “Ketundukan kepada kebenaran dan memasrahkan diri kepadanya serta menerima dari siapapun yang mengucapkannya.” (Madarijus Salikin). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak akan berkurang harta yang dishadaqahkan dan Allah tidak akan menambah bagi seorang hamba yang pemaaf melainkan kemuliaan dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan akan Allah angkat derajatnya.” (Shahih, HR. Muslim dari shahabat Abu Hurairah r.a)

Ibnul Qayyim t dalam kitab Madarijus Salikin berkata: “Barangsiapa yang angkuh untuk tunduk kepada kebenaran walaupun datang dari anak kecil atau orang yang dimarahinya atau yang dimusuhinya maka kesombongan orang tersebut hanyalah kesombongan kepada Allah karena Allah adalah Al-Haq, ucapannya haq, agamanya haq. Al-Haq datangnya dari Allah dan kepada-Nya akan kembali. Barangsiapa menyombongkan diri untuk menerima kebenaran berarti dia menolak segala yang datang dari Allah dan menyombongkan diri di hadapan-Nya.”

Perintah untuk Tawadhu’

Dalam pembahasan masalah akhlak, kita selalu terkait dan bersandar kepada firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasul teladan yang baik.” (Al-Ahzab: 21)

Dalam hal ini banyak ayat yang memerintahkan kepada beliau untuk tawadhu’, tentu juga perintah tersebut untuk umatnya dalam rangka meneladani beliau. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu yaitu orang-orang yang beriman.” (Asy-Syu’ara: 215).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri sehingga seseorang tidak menyombongkan diri atas yang lain dan tidak berbuat zhalim atas yang lain.” (Shahih, HR Muslim).

Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kepada kita bahwa tawadhu’ itu sebagai sebab tersebarnya persatuan dan persamaan derajat, keadilan dan kebaikan di tengah-tengah manusia sebagaimana sifat sombong akan melahirkan keangkuhan yang mengakibatkan memperlakukan orang lain dengan kesombongan.

Macam-macam Tawadhu’

Telah dibahas oleh para ulama sifat tawadhu’ ini dalam karya-karya mereka, baik dalam bentuk penggabungan dengan pembahasan yang lain atau menyendirikan pembahasannya. Di antara mereka ada yang membagi tawadhu’ menjadi dua:
1. Tawadhu’ yang terpuji yaitu ke-tawadhu’-an seseorang kepada Allah dan tidak mengangkat diri di hadapan hamba-hamba Allah.
2. Tawadhu’ yang dibenci yaitu tawadhu’-nya seseorang kepada pemilik dunia(penguasa,pejabat,orng kaya) karena menginginkan dunia yang ada di sisinya. (Bahjatun Nazhirin).
Sahabat….!!!
Keluhmu adalah menjadi keluhku,,
Senyummu tak terpungkiri layaknya senyumku..
Detak jantung tak membedakan menyatu..
Mendekatlah karena aku disini..
Tetaplah tegar bila cuaca membuatmu menggigil..

Sahabat..!!!
Keabadian memang musuh kita..
Pertikaian kerap muncul menyelam..
Namun kita tetap sahabat..
Kita setuju menjadikan musuh pula sahabat bukan?…
Kau akan baik-baik saja terjaga jiwa, hati, dan ragaku

Sahabat.. !!!
Semoga esok bukan saatnya terpisah..
Keinginan rakus memang menjadi pengeluh…
Yang Maha Pencipta akan mengutuk kita kelak..
Mendekaplah dalam doa dan harap..
Perbaiki langkah kita menuju Surganya…
Aku akan senantiasa menjadi Sahabat terbaik untukmu
Dan jiwa kita, akan senantiasa memberi cahaya menerangi rangkaian panorama kalbu....
Ada sebuah pertanyaan yang agak bodoh. Jika orang ditanya; Mau pilih untung atau rugi? Pastilah dia memilih untung. Memangnya siapa diantara kita yang mau rugi? Apalagi kalau ditanya; Kamu mau bangkrut atau tidak? Hah! Rugi saja tidak mau, apalagi kalau sampai bangkrut. Ya jelas tidaklah. Tapi, tunggu dulu. Kira-kira, mengapa ada orang yang begitu dungunya hingga bersusah payah menyampaikan pertanyaan pilon itu? Ternyata pertanyaan itu memang layak diajukan kepada kita. Karena, meskipun secara konsepsi kita tidak ingin rugi, namun perilaku kita sehari-hari menunjukkan bahwa kita sedang menuju kepada kerugian. Kita yang merasa tidak pernah rugi dalam berbisnis mungkin menyangkalnya. Namun, benarkah demikian?

Adalah Rosululah SAW pada suatu hari, beliau melintasi sebuah kota. Kepada orang-orang dikota itu beliau bertanya; apakah kalian tahu apa artinya untung, rugi, dan bangkrut? Sungguh, itu pertanyaan gampang. Sehingga setiap orang bisa menjawabnya dengan mudah. Namun, tak satupun dari jawaban itu yang memuaskan sang Rosul. Lalu dia berkata : ” Orang-orang yang beruntung adalah mereka yang dihari ini, lebih baik dari hari kemarin. Mereka yang tidak lebih baik dari hari kemarin, adalah orang-orang yang merugi. Sedangkan jika dihari ini dirinya lebih buruk dari hari kemarin, maka mereka adalah orang-orang yang bangkrut

Jadi untuk menilai apakah kita untung, rugi atau bangkrut caranya sederhana, yaitu; membandingkan hari ini dengan hari kemarin sebagai acuan. Jika kita bisa menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka kita sungguh menjadi orang yang beruntung itu. Namun, sekiranya kita hanya bisa menjalani hari ini dengan nilai yang setara dengan hari kemarin, maka sesungguhnya kita ini merugi. Apalagi sekiranya dihari ini, perilaku kita, sikap kita, cara berpikir kita lebih buruk dari hari kemarin. Maka, kita masuk kedalam kelompok orang-orang yang bangkrut.
Kita cenderung menggunakan jumlah uang, harta kekayaan, dan kesuksesan dalam karir untuk mengukur untung dan rugi. Hari ini, kita diajak untuk melihat untung dan rugi dengan perspektif lain. Dengan menggunakan KONSEP PERTUMBUHAN. Yaitu, konsep untuk bertumbuh. Terus bertumbuh. Dan terus bertumbuh dari hari kemarin, menuju ke hari ini, dan melanjutkannya ke hari esok. Konsep ini, tidak hanya berlaku bagi orang-orang yang sedang membangun kesuksesan non-material belaka. Kita yang tengah berfokus kepada kesuksesan material juga bisa menggunakannya sebagai sarana untuk meningkatkan kinerja kapital Kita. Jika Kita mendapatkan seribu rupiah kemarin, Kita mesti mendapatkan lebih dari seribu hari ini. Jika tidak, maka artinya Kita rugi, atau malah bangkrut. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, uang seribu rupiah hari ini nilainya lebih rendah dari seribu rupiah kemarin sebagai konsekuensi dari inflasi. Jadi, hikmah yang diajarkan seribu limaratus tahun lalu ini sungguh sangat relevan dihari ini.

Tapi, memang benar bahwa untuk sesaat kita perlu keluar dari alam materialistik menuju kepada dimensi non-materialistik. Toh, tubuh kita terdiri dari dua bagian penting; fisik dan non-fisik. Komponen fisik dibangun oleh unsur-unsur material. Sedangkan komponen non-fisik disusun oleh unsur-unsur non-material. Oleh karenanya, untuk menjadikan diri kita utuh; kita harus bersedia menembus hal-hal non-material itu.

Dalam perspektif non-fisik, konsep ini mengisyaratkan dua aspek penting. Aspek pertama berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan atau keahlian. Pendek kata, kita ditantang untuk memastikan bahwa pengetahuan kita hari ini lebih banyak atau lebih baik dari hari kemarin. Maknanya? Kita mesti benar-benar menerapkan apa yang biasa kita sebut sebagai LONG LIFE LEARNING PROCESS. Ibu saya yang tidak berbahasa Inggris menasihatkan; Ulah liren diajar. Artinya, ˜jangan pernah berhenti belajar”. Dan itu betul. Sebab, jika kita berhenti belajar, maka pengetahuan kita dihari ini tidak lebih baik dari hari kemarin. Jika demikian, kita tidak termasuk orang yang beruntung.
Aspek kedua berhubungan dengan perilaku, sikap serta tindak-tanduk kita. Aspek ini bisa menjadi lebih penting bobotnya dari yang pertama. Karena, kita sudah tahu bahwa sikap bisa berarti segala-galanya. Orang yang sikapnya buruk, kemampuan belajarnya juga buruk. Sehingga dengan sikap buruk, kita tidak bisa mengadopsi keterampilan dan keahlian yang lebih baik. Seorang karyawan yang bersikap buruk ditempat kerja, tidak akan bersedia untuk mempelajari hal baru. Menangani tugas-tugas tambahan. Atau melatih diri untuk mengasah keahlian. Seorang karyawan yang berpikiran dan berprasangka buruk pun demikian. Apapapun yang dilakukan atasannya, akan dicurigai dan disikapi dengan buruk.

Sebaliknya, orang-orang yang bersikap baik. Berpikir positif. Membuka diri terhadap kritik. Pastilah akan mendapatkan peningkatan bermakna hampir dalam segala hal. Bahkan, sekalipun memang benar bahwa atasannya memperlakukan dia secara tidak adil. Memangnya, kita bisa selalu bersikap positif untuk setiap tindakan buruk yang dilakukan oleh orang lain kepada kita? Memangnya, kita selalu bisa bersikap positif untuk peristiwa-peristiwa menyakitkan yang menimpa kita? Tentu saja bisa. Mengapa? Karena, kita semua mengetahui dan meyakini bahwa dalam setiap peristiwa; ada sisi baik dan ada sisi buruk. Bahkan, kejadian yang baikpun ada sisi buruknya. Sebaliknya, peristiwa buruk selalu ada sisi baiknya. Itulah sebabnya kita mempunyai istilah; ˜dua sisi mata uang”. Mana ada uang yang hanya memiliki satu sisi? Sikap yang baik akan membantu kita untuk selalu menemukan sisi baik dari hal apapun yang kita hadapi.
Sampai disini, jelas sudah bahwa sesungguhnya, Rosulullah mengajari kita tentang sebuah prinsip sederhana, yaitu; MANJADI MANUSIA YANG LEBIH BAIK, DARI HARI KEHARI. Bisakah Kita membayangkan sekiranya kita menjadi lebih baik setiap hari? Tentu pencapaian kita akan semakin baik dari hari ke hari juga.

Tapi tunggu dulu. Pelajaran kita belum selesai. Sebab, kedua aspek non material yang baru saja kita bahas itu baru menyentuh alam duniawi. Bagi kita yang meyakini bahwa selain dunia ini juga ada alam akhirat; tentu tidak cukup jika hanya mementingkan dan memperjuangkan urusan dunia saja. Urusan akhirat sama pentingnya. Sehingga kalimat itu selengkapnya berbunyi; ˜menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari dimata Allah ”. Semakin hari, hati kita semakin bersih. Niat kita semakin tulus. Dan kepatuhan kita kepada kehendak Tuhan menjadi semakin tinggi. Bisakah Kita membayangkan sekiranya dimata Tuhan kita bisa menjadi hamba yang lebih baik setiap hari? Tentu nilai kemanusiaan kita akan semakin meningkat dari hari ke hari juga.

Dan, jika kita ingat doa yang paling sering kita panjatkan. Doa yang berbunyi; Ya Allah, berikanlah kepadaku kesuksesan di Dunia, dan kesuksesan d Aakhirat. Tentu kita juga akan sadar bahwa menjadi lebih baik dalam urusan dunia saja, tidaklah cukup. Mungkin kita untung secara duniawi. Pengetahuan kita semakin bertambah. Keterampilan kita semakin tinggi. Penghasilan kita semakin banyak. Rumah kontrakan diganti menjadi hunian cicilan. Sepeda motor beroda dua berubah menjadi mobil. Dari naik angkot menjadi menyetir mobil sendiri. Tapi, kalau nilai akhirat kita tidak menjadi lebih baik apa artinya? Apalagi jika semua peningkatan dan kenikmatan hidup itu semakin menjauhkan diri kita dari Aturan Allah. Kita untung untuk ukuran dunia, tapi merugi berdasar kriteria Akhirat.

Ini sungguh sesuatu yang sangat menakutkan. Menakutkan, karena hidup didunia ini hanya tinggal beberapa saat. Belum tentu umur kita sampai ke tahun depan. Betapapun berhasilnya kita secara duniawi, kenikmatannya hanya bisa dirasakan sementara. Sedangkan akhirat? Dia abadi. Selamanya. Menakutkan jika hanya sempat mengecap nikmat didunia sesaat. Namun, tidak dapat mengecap nikmat akhirat yang NIKMATNYA SELAMANYA.

Jika nikmat dunia kita bertambah, namun cara kita bertingkah polah semakin buruk; kita benar-benar bangkrut. Hari ini, sudah Tuhan anugerahkan nikmat yang lebih banyak dari hari kemarin. Tapi, hari ini; kita terlenakan dengan kenikmatan itu. Sampai-sampai kita berpikir; ˜ kapan lagi menikmatinya”. Lalu kita mengumbar semua keinginan. Oh, bagaimana sekiranya Tuhan menjadi marah. Marah karena Dia sudah memberi kita nikmat lebih banyak. Namun, bukannya kita menjadi semakin mendekat. Sebaliknya, kita malah menjadi lebih berani menghujat hukum-hukumNya.

Rugi. Bukanlah tentang berapa uang kita yang hilang. Bangkrut. Bukan tentang bisnis yang tumbang. Melainkan tentang gagalnya diri kita untuk menjadi manusia yang lebih baik dari hari kemarin. Jadilah manusia yang lebih baik dari hari kemarin. Jadilah manusia yang lebih baik dari hari kemarin. Jadilah manusia yang lebih baik dari hari kemarin. Jadilah. Manusia. Yang beruntung.
Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita semua untuk mampu mempertahankan dan meningkatkan prestasi amal sholeh kita semua, amin

ngarang

“Pokok pangkal dari urusan ini adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya yang tertinggi adalah jihad.”
Banyak manusia memandang amalan jihad tanpa dilandasi ilmu hingga menyebabkan banyak kekeliruan dan menambah peliknya persoalan. Yang paling parah adalah munculnya penyimpangan yang demikian jauh dari pengertian sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama.
Karena itu, banyak kita saksikan belakangan ini berbagai tindakan dan aksi tertentu yang langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan kerusakan di tengah masyarakat, namun oleh para pelakunya diklaim sebagai jihad. Padahal, Islam sama sekali tidak memerintahkan amalan tersebut. Sebagai contoh kecil, sikap suka mengkritisi atau mendiskreditkan pemerintah di depan umum. Bagi para demonstran dari kalangan hizbiyyin, sikap kritis terhadap pemerintah merupakan “menu wajib” yang harus dimiliki. Jadilah demonstrasi yang di dalamnya menjadi ajang untuk mencaci maki pemerintah sebagai bagian dari perjuangan mereka yang tidak terlewatkan. Mereka akan menganggap orang-orang yang memiliki sikap berseberangan dengan mereka sebagai penjilat ataupun kaki tangan pemerintah. Bahkan tak jarang mereka menganggap orang yang suka mendoakan kebaikan untuk pemerintah sebagai budak pemerintah.
Begitupun dengan amalan lain, seperti melakukan pengeboman terhadap tempat-tempat ibadah orang kafir, membunuh orang-orang kafir dengan bom bunuh diri ataupun merusak fasilitas-fasilitas orang asing yang ada (tanpa melihat hukum syar’i). Semua tindak kedzaliman ini mereka anggap sebagai jihad, yang tidak akan muncul sikap demikian bila mereka memahami makna jihad secara benar.

Definisi Jihad
Kata Al-Jihad (الْجِهاَدُ) dengan dikasrah huruf jim asalnya secara bahasa bermakna (الْمَشَقَّةُ) yang bermakna kesulitan, kesukaran, kepayahan.
Sedangkan secara syar’i bermakna: “Mencurahkan segala kemampuan dalam memerangi orang-orang kafir atau musuh.” ( Fathul Bari)
Berikut beberapa ucapan Ulama Salaf dalam memaknai Al-Jihad.
- Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: “(Jihad adalah) mencurahkan kemampuan padanya dan tidak takut karena Allah terhadap celaan orang yang suka mencela.”
- Muqatil rahimahullah berkata: “Beramallah kalian karena Allah dengan amalan yang sebenar-benarnya dan beribadahlah kepada-Nya dengan ibadah yang sebenar-benarnya.”
- Abdullah ibnul Mubarak rahimahullah berkata:“(Jihad adalah) melawan diri sendiri dan hawa nafsu.”
Dalam tinjauan syariat Islam (pengertian secara umum), jihad juga diistilahkan kepada mujahadatun nafs (jihad melawan diri sendiri), mujahadatusy syaithan (jihad melawan syaithan), mujahadatul kufar (jihad melawan orang-orang kafir) dan mujahadatul munafikin (jihad melawan kaum munafik).

Disyariatkannya Jihad dan hukumnya
Dalam permasalahan jihad, pada dasarnya manusia terbagi dalam dua keadaan:
1. Keadaan mereka pada masa kenabian
2. Keadaan mereka setelah kenabian
Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan daripada hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran.
عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. [رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ]

artinya:
Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata : Rasulullah bersabda : Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya ), maka dia tertolak. (Riwayat Bukhori dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا . [رواه البخاري ومسلم]
يآأَيُّهاَ النَّبِيُّ جاَهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُناَفِقِيْنَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ

“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka.” (At-Tahrim: 9)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata pada Yaumul Fath (Fathu Makkah): “Tidak ada hijrah setelah Fathu Makkah, akan tetapi yang ada ialah jihad dan niat. Dan apabila kalian diminta untuk pergi atau berangkat berperang maka pergilah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Al-Hafidz rahimahullah berkata: “Pada hadits ini terdapat berita gembira bahwa kota Mekkah akan tetap menjadi negeri Islam selamanya. Di dalamnya juga terdapat dalil tentang fardhu ‘ainnya keluar dalam perang (jihad) bagi orang yang dipilih oleh imam.” (Fathul Bari)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Apabila imam (penguasa) memerintahkan kepada kalian untuk berjihad, maka keluarlah. Hal ini menunjukkan bahwa jihad bukanlah fardhu ‘ain, akan tetapi fardhu kifayah. Apabila sebagian telah menunaikannya, gugurlah kewajiban yang lain. Dan jika tidak ada yang melakukannya sama sekali, berdosalah mereka. Dari kalangan Asy-Syafi’iyyah berpendapat tentang jihad di masa sekarang hukumnya fardhu kifayah, kecuali jika orang-orang kafir menyerang negeri kaum muslimin, maka jihad menjadi fardhu ‘ain atas mereka. Dan jika mereka tidak memiliki kemampuan yang cukup, wajib bagi negeri yang bersebelahan untuk membantunya.” (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim)
Setelah diketahui bahwa pendapat yang masyhur di kalangan ahlul ilmi tentang hukum jihad pada masa setelah kenabian adalah fardhu kifayah, berikut adalah beberapa keadaan yang menjadikan hukum tersebut berubah menjadi fardhu ‘ain, di mana sebagiannya telah disebut di atas:
1. Apabila bertemu dengan musuh yang sedang menyerang. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوا إِذاَ لَقِيْتُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوا زَحْفاً فَلاَ تُوَلُّوْهُمُ اْلأَدْباَرَ. وَمَنْ يٌوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلاَّ مُتَحَرِّفاً لِقِتاَلٍ أَوْ مُتَحَيِّزاً إِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بآءَ بِغَضَبٍ مِّنَ اللهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah dan tempatnya ialah neraka jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (Al-Anfal: 15-16)
Ayat ini menjelaskan tentang tidak bolehnya seseorang mundur atau berpaling dari menghadapi musuh. Karena yang demikian termasuk perkara terlarang dan tergolong dalam perkara yang membawa kepada kehancuran/ kebinasaan sehingga wajib untuk dijauhi. Sebagaimana yang disebut dalam sebuah sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yang membawa kepada kehancuran atau kebinasaan.” Para shahabat bertanya: “Apakah ketujuh perkara itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan sebab yang dibenarkan agama, memakan riba, memakan harta anak yatim, membelot/ berpaling (desersi) dalam peperangan dan melontarkan tuduhan zina kepada wanita yang terjaga dari perbuatan dosa, tidak tahu-menahu dengannya (yakni dengan perbuatan zina tersebut-ed) dan (ia adalah wanita yang-ed) beriman kepada Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dua hal yang diperbolehkan bagi seseorang untuk berpaling (mundur) ketika bertemu dengan musuh:
a. Berpaling dalam rangka mendatangkan kekuatan yang lebih besar atau siasat perang.
b. Berpaling dalam rangka menggabungkan diri dengan pasukan lain untuk menghimpun kekuatan.

2. Apabila negerinya dikepung oleh musuh. (Dalam keadaan ini) wajib atas penduduk negeri tersebut untuk mempertahankan negerinya. Keadaan ini serupa dengan orang yang berada di barisan peperangan. Sebab apabila musuh telah mengepung suatu negeri, tidak ada jalan lain bagi penduduknya kecuali untuk membela dan mempertahankannya. Dalam hal ini musuh juga akan menahan penduduk negeri tersebut untuk keluar dan mencegah masuknya bantuan baik berupa personil, makanan dan yang lainnya. Karena itu wajib atas penduduk negeri untuk berperang melawan musuh sebagai bentuk pembelaan terhadap negerinya.
3. Apabila diperintah oleh imam. Apabila seseorang diperintah oleh imam untuk berjihad, hendaknya ia mentaatinya. Imam dalam hal ini ialah pemimpin tertinggi negara dan tidak disyaratkan ia sebagai imam secara umum bagi kaum muslimin semuanya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوا ماَ لَكُمْ إِذاَ قِيْلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيْلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى اْلأَرْضِ أَرَضِيْتُمْ بِالْحَياَةِ الدُّنْياَ مِنَ اْلآخِرَةِ فَماَ مَتاَعُ الْحَياَةِ الدُّنْياَ فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ قَلِيْلٌ. إِلاَّ تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَاباً أَلِيْماً وَيَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ وَلاَ تَضُرُّوْهُ شَيْئاً وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: ‘Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah’, kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini di bandingkan dengan kehidupan akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah akan menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan diganti-Nya kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Taubah: 38-39)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu 'anha dan dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian diminta untuk berangkat berperang, maka berangkatlah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
4. Apabila diperlukan atau dibutuhkan.
Misal dalam hal ini, kaum muslimin memiliki senjata berat seperti artileri, pesawat, atau teknologi tempur lainnya, namun tidak ada yang mampu mengoperasikannya kecuali seseorang. Maka menjadi fardhu ‘ain atas orang tersebut dengan sebab ia dibutuhkan

Kamis, 14 Oktober 2010

penting

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli syurga hingga jarak antara dirinya dan syurga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli syurga maka masuklah dia ke dalam syurga. (Riwayat Bukhori dan Musli
Definisi Cinta
Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena cinta tidak bisa dijangkau dengan kalimat dan ungkapan saja sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas,menjadi abstrak (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” (Madarijus Salikin)
Cinta bisa jadi merupakan kata yang paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta, anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.

Kita sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dengan gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan, “Kami sama-sama cinta, suka sama suka.” Karena alasan cinta, seorang bapak membiarkan anak-anaknya bergelimang dalam dosa. Dengan alasan cinta pula, seorang suami melepas istrinya hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.
Demikianlah bila kebodohan telah melanda kehidupan dan kebenaran tidak lagi menjadi tolok ukur. Dalam keadaan seperti ini, setan tampil mengibarkan benderanya dan menabuh genderang penyesatan dengan mengangkat cinta sebagai landasan bagi pembolehan terhadap segala yang dilarang Allah dan Rasul-Nya Muhammad saw. Allah berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (Ali ‘Imran: 14)
Rasulullah dalam haditsnya dari shahabat Tsauban mengatakan: ‘Hampir-hampir orang-orang kafir mengerumuni kalian sebagaimana berkerumunnya di atas sebuah tempayan.’ Seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah jumlah kita saat itu sangat sedikit?’ Rasulullah berkata: ‘Bahkan kalian saat itu banyak akan tetapi kalian bagaikan buih di atas air. Dan Allah benar-benar akan mencabut rasa ketakutan dari hati musuh kalian dan benar-benar Allah akan campakkan ke dalam hati kalian (penyakit) al-wahn.’ Seseorang bertanya: ‘Apakah yang dimaksud dengan al-wahn wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab: ‘Cinta dunia dan takut mati.’ (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di dalam tafsirnya mengatakan: “Allah memberitakan dalam dua ayat ini (Ali ‘Imran: 13-14) tentang keadaan manusia kaitannya dengan masalah lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat, dan Allah menjelaskan perbedaan yang besar antara dua negeri tersebut. Allah memberitakan bahwa hal-hal tersebut (syahwat, wanita, anak-anak, dsb) dihiaskan kepada manusia sehingga membelalakkan pandangan mereka dan menancapkannya di dalam hati-hati mereka, semuanya berakhir kepada segala bentuk kelezatan jiwa. Sebagian besar condong kepada perhiasan dunia tersebut dan menjadikannya sebagai tujuan terbesar dari cita-cita, cinta dan ilmu mereka. Padahal semua itu adalah perhiasan yang sedikit dan akan hilang dalam waktu yang sangat cepat
Manusia itu telah diperintah Allah Ta’ala untuk mengenal dirinya, apakah dia Ammarah, Lawwamah ataupun Mutmainnah? Tetapi manusia zaman sekarang fobia apabila mendengar ungkapan “mengenal diri”, “hakikat insan”, dsbgnya, padahal dalilnya semua ada. Apakah sia-sia firman Allah Ta’ala, sehingga dianggap sebagai dongengan dahulukala?
1 Isyarat kepada hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dari shahabat Mu’adz bin Jabal radhiallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku beritahukan kepadamu tentang pokok pangkal dari semua urusan, tiangnya dan puncaknya yang tertinggi?” Aku berkata: “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Pokok pangkal dari urusan ini adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya yang tertinggi adalah jihad.” (HR. At-Tirmidzi dan beliau mengatakan: “Hadits hasan shahih.”).
Kemudian Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, tidak sempurna jihad seseorang kecuali dengan hijrah. Dan tidak akan ada hijrah dan jihad kecuali dengan iman. Orang-orang yang mengharap rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala, mereka adalah yang mampu menegakkan tiga hal tersebut, yaitu iman, hijrah, dan jihad.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيْلِ اللهِ أُولَئِكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَةَ اللهِ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharap rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 218)
Sebagaimana iman merupakan kewajiban atas setiap orang, maka wajib atasnya pula untuk melakukan dua hijrah pada setiap waktunya, yaitu hijrah kepada Allah dengan (amalan) tauhid, ikhlas, inabah, tawakkal, khauf, raja’, mahabbah dan hijrah kepada Rasul-Nya dengan (amalan) mutaba’ah, menjalankan perintahnya, membenarkan segala berita yang datang darinya, dan mengedepankan perkara dan berita yang datang dari beliau atas selainnya.
Manusia yang paling sempurna di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala ialah yang menyempurnakan seluruh tingkatan jihad di atas. Mereka berbeda-beda tingkatannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, sesuai dengan penempatan diri mereka terhadap tingkatan jihad tersebut. Oleh karena itu, manusia yang paling sempurna dan mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah penutup para Nabi dan Rasul, yaitu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena beliau telah menyempurnakan seluruh tingkatan jihad yang ada dan beliau telah berjihad dengan jihad yang sebenar-benarnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam telah melakukan jihad sejak awal diutus hingga wafatnya, baik dengan tangan, lisan dan hati serta hartanya. (Zaadul Ma’ad)
Wallahu a’lam.
Sahabat Sukses Rumah Yatim Indonesia yang dirahmati Allah, seringkali kita ingin membahagiakan orang tua kita dengan berbagai fasilitas dan menuruti keinginan-keinginan duniawinya agar disebut sebagai anak yang berbakti, atau juga kita sebagai orang tua seringkali terlalu banyak menuntut kepada anak-anak kita agar menjadi anak yang sukses secara duniawi agar kita kelak bisa menjalani masa pensiun dengan aman dan nyaman, namun kita sering terlupa apakah kekayaan-kekayaan yang telah kita raih dan kita kumpulkan itu sangat berarti ketika orang tua kita atau kita sendiri telah meninggalkan Dunia ini ? dibawah ini kisah yang perlu kita renungkan dan segera kita lakukan secara konsisten.
Dikisahkan, pada suatu malam Abu Qolabah bermimpi berada disuatu pemakaman . Tiba-tiba ia menyaksikan kuburan-kuburan yang ada disitu terbelah. Mayat- mayat keluar dari kuburnya dan duduk-duduk di tepi kuburan itu. Ditangan mereka seolah- olah ada yang memegang nampan yang terbuat dari cahaya yang kemilau.

Sementara sebagian mereka terlihat dengan tangan hampa, tanpa cahaya sedikitpun. Maka Abu Qolabah bertanya kepada mereka : “Aku lihat diantara kedua tangan Anda terdapat cahaya pertanda apakah itu? “ Mayat-mayat serempak menjawab :”Sesungguhnya kami mempunyai beberapa anak dan teman yang saling menghadiahkan kepada kami. Mereka bersedekah dan berderma didunia dan diniatkan pahalanya untuk kami. Dan Nur inilah buah dari apa yang mereka persembahkan untuk kami.”

Sementara mayat- mayat yang bertangan hampa , tanpa sinar memancar menjawab,: “Kami mempunyai anak yang tidak shaleh dan tidak mau mendoakan serta tidak berbuat baik bagi kami. Oleh karena itu kami tidak memiliki nampan bercahaya. Dan kami sangat malu terhadap tetangga- tetangga kami ini.”

Ketika Abu Qolabah terbangun kemudian Abu Qolabah segera menuju rumah si anak yang disebut oleh laki-laki dalam mimpinya itu. Dan menceritakan semua kejadian yang dialaminya dalam mimpi, khususnya pertemuan dengan ayah anak itu yang sangat mengharapkan doa dan sedekah ( yang diperuntukkan untuk si ayah) dari anaknya itu.

Lalu lelaki itu berkata :” Saya bertobat kepada Allah dari segala kemaksiatan dan dosa yang pernah saya lakukan. Saya tidak akan kembali kejalan itu lagi selamanya.” Semenjak itu , ia menyibukkan dirinya hanya untuk taat kepada Allah SWT, berdoa dan bersedekah yang ditujukan kepada orang tuanya yang telah tiada… Kini dia benar-benar telah menjadi anak yang shaleh. Dia membalas kebaikan orang tuanya dan berbakti kepada keduanya yang telah meninggal dengan cara mendoakan dan bersedekah untuknya.

Setelah beberapa hari berlalu , Abu Qolabah kembali bermimpi berada disekitar kuburan yang dulu lagi. Semua penghuni kubur keluar dengan keadaan seperti yang dilihatnya pada mimpi sebelumnya. Laki-laki yang dulu terlihat murung, kini sudah tak murung lagi. Wajahnya tampak berseri-seri. Laki-laki itu telah memiliki nampan yang bercahaya pula. Bahkan nampan miliknya lebih bersinar daripada yang lain.

Laki-laki itu berkata kepada Abu Qolabah, "Abu Qolabah, semoga Allah membalas kebaikanmu. Karena nasihatmu, anakku selamat dari api neraka dan juga aku terhindar dari rasa malu berkumpul dengan orang-orang disini".

*** Rasulullah SAW bersabda: Apabila anak Adam menninggal dunia maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal: Shodaqah jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan Anak yang shaleh yang mendoakan orang tuanya (Al-Hadits)


عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ [رواه البخاري ومسلم

Artinya:Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “ (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Dalil yang menjelaskan tentang jihadusy syaithan, firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

إِنَّ الشَّيْطاَنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُوْنُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ

“Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syaithan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Perintah Allah dalam ayat ini agar menjadikan syaithan sebagai musuh, menjadi peringatan akan adanya keharusan mencurahkan segala kemampuan dalam memerangi syaithan, berjihad melawannya. Karena syaithan itu bagaikan musuh yang tidak mengenal putus asa, lesu, dan lemah dalam memerangi dan menggoda seorang hamba dalam selang beberapa nafas.” (Zaadul Ma’ad)
Jihadul Kuffar wal Munafiqin ada empat tingkatan:
a. Berjihad dengan hati
b. Berjihad dengan lisan
c. Berjihad dengan harta
d. Berjihad dengan jiwa
Dalil yang menjelaskan tentang bagian ketiga dan keempat ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

يآأَيُّهاَ النَّبِيُّ جاَهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُناَفِقِيْنَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ

“Hai Nabi, berjihadlah melawan orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu dan bersikap keraslah terhadap mereka.” (At-Taubah: 73)
Jihad melawan kaum kuffar lebih dikhususkan dengan tangan (kekuatan), sedangkan melawan kaum munafiq lebih dikhususkan dengan lisan.
Bagian berikutnya, adalah jihad melawan kedzaliman dan kemungkaran. Terdapat tiga tingkatan:
a. Berjihad dengan tangan apabila mampu, jika tidak maka berpindah kepada yang berikutnya
b. Berjihad dengan lisan, jika tidak mampu berpindah kepada yang berikutnya
c. Berjihad dengan hati(do'a)
Dalil yang menjelaskan tentang bagian akhir ini adalah hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa melihat kemungkaran hendaknya ia ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hati. Yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari semua tingkatan dalam jihad yang tersebut di atas, terkumpullah tiga belas tingkatan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
“Barangsiapa yang meninggal dan belum berperang serta tidak pernah terbersit (cita-cita untuk berperang) dalam dirinya, (maka ia) meninggal di atas satu bagian dari nifaq.” (HR. Muslim)
Dunia tidak lagi bersahabat dengan mereka
Dunia begitu angkuh dengan kehadirannya
Setiap tangis kesedihan menjadikan murka
Setiap uluran tangan dibalasnya dengan hina

Tahukah sobat-sobat siapa orang-orang itu
Merekalah yang nasibnya tidak sebaik dirimu
Setiap hari hanya makan satu kali dalam sehari
Kadang mereka pasrah tidak makan sesuap nasi

Sobat, Bersyukurlah atas karunia illahi rabbi
Yang telah memberi nikmat tangan dan kaki
Sobat, jadilah orang yang jauh dari rasa dengki
Karna kedengkian itu meghancurkan mata hati

Jika ada sedikit rizki jangan engkau mengeluh
Jika kesusahan datang jangan engkau menyerah
Patutkah orang yang diberikan akal sehat pasrah
Saat dunia tidak lagi bersahabat dengan dirinya.....

Selamat Sore___
Salam Persahabatan____
d. Berjihad melawan diri sendiri dengan bersikap sabar ketika mendapatkan ujian dan cobaan, baik saat belajar agama, beramal dan berdakwah. Barangsiapa telah menyempurnakan empat tingkatan ini, ia akan tegolong orang-orang yang Rabbani (pendidik). Karena para ulama Salaf sepakat bahwa seorang alim tidak berhak diberi gelar sebagai ulama yang Rabbani, sampai ia mengetahui Al-Haq, mengamalkan serta mengajarkannya. Barangsiapa yang berilmu, mengamalkan dan mengajarkannya, ia akan diagungkan di hadapan para malaikat yang berada di langit.
Dalil yang menjelaskan tentang jihadun nafs ini adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Fudhalah bin ‘Ubaid, beliau bersabda bersabda:
“Yang disebut mujahid adalah orang yang berjihad melawan (menundukkan) dirinya sendiri di jalan Allah.” (HR. Ahmad dan yang lain, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam kitab Ash-Shahihul Musnad. dan kitab Al-Jami’ Ash-Shahih.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Ketika jihad melawan musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berada di luar diri sendiri (syaithan, kaum kuffar, dan munafikin) merupakan cabang dari jihad seorang hamba untuk menundukkan dirinya dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka jihadun nafs lebih diutamakan daripada jihad lainnya. Karena barangsiapa yang tidak mengawali dalam berjihad melawan diri sendiri dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, serta memerangi diri sendiri di jalan Allah, tidak mungkin baginya untuk dapat berjihad melawan musuh yang datang dari luar. Bagaimana dia mampu berjihad melawan musuh dari luar, sementara musuh yang datang dari dirinya sendiri dapat menguasai dan mengalahkannya?”
Jihadusy Syaithan, ada dua tingkatan:
a. Berjihad untuk menghalau segala sesuatu yang dilontarkan oleh syaithan kepada manusia berupa syubhat dan keraguan yang dapat membahayakan perkara iman.
b. Berjihad untuk menghalau segala apa yang dilemparkan syaithan berupa kehendak buruk dan syahwat. Dari dua tingkatan ini, untuk tingkatan pertama barangsiapa yang mampu mengerjakannya akan membuahkan keyakinan. Dan tingkatan yang kedua akan membuahkan kesabaran.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَجَعَلْناَ مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُوْنَ بِأَمْرِناَ لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآياَتِناَ يُوْقِنُوْنَ

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimipin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat kami.” (As-Sajdah: 24)
Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitakan bahwa kepemimpinan dalam agama hanya akan diperoleh dengan kesabaran dan keyakinan. Sabar akan menolak syahwat dan kehendak buruk, adapun keyakinan akan menolak keraguan.

Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah membagi jihad menjadi tiga:
1. Jihadun Nafs, yaitu menundukkan jiwa dan menentangnya dalam bermaksiat kepada Allah. Berusaha menundukkan jiwa untuk selalu berada di atas ketaatan kepada Allah dan melawan seruan untuk bermaksiat kepada Allah. Jihad yang seperti ini tentunya akan terasa sangat berat bagi manusia, lebih-lebih saat mereka tinggal di lingkungan yang tidak baik. Karena lingkungan yang tidak baik akan melemahkan jiwa dan mengakibatkan manusia jatuh ke dalam perbuatan yang diharamkan Allah, juga meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya.
2. Jihadul Munafiqin, yaitu melawan orang-orang munafiq dengan ilmu dan bukan dengan senjata. Karena orang-orang munafiq tidak diperangi dengan senjata. Para shahabat pernah meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk membunuh orang-orang munafik yang telah diketahui kemunafikannya, kemudian beliau bersabda: “Jangan, supaya tidak terjadi pembicaraan oleh orang, bahwa Muhammad membunuh sahabatnya.” (HR. Muslim, dari shahabat Jabir radhiallahu 'anhu)
Jihad melawan mereka adalah dengan ilmu. Oleh karena itu wajib atas kita semua untuk mempersenjatai diri dengan ilmu di hadapan orang-orang munafiq yang senantiasa mendatangkan syubhat terhadap agama Allah untuk menjauhkan manusia dari jalan Allah. Jika pada diri manusia tidak ada ilmu, maka syubhat, syahwat, dan perkara mungkar yang datang terus-menerus (akan bisa merusak dirinya), sementara ia tidak mampu menolak dan membantahnya.
3. Jihadul Kuffar, yaitu memerangi orang-orang kafir yang menentang, yang memerangi kaum muslimin, dan yang terang-terangan menyatakan kekafirannya, (dan jihad ini dilakukan) dengan senjata. (Asy-Syarhul Mumti’,)
Ibnul Qayyim rahimahullah membagi jihad menjadi empat bagian:
1. Jihadun Nafs (Jihad melawan diri sendiri)
2. Jihadusy Syaithan (Jihad melawan syaithan)
3. Jihadul Kuffar (Jihad melawan kaum kuffar)
4. Jihadul Munafiqin (Jihad menghadapi kaum munafiqin)
Setiap bagian di atas, masing-masing memiliki tingkatan-tingkatan. Jihadun Nafs memiliki empat tingkatan:
a. Berjihad melawan diri sendiri dengan cara mempelajari kebenaran dan agama yang hak, di mana tidak ada kebahagiaan dan kemenangan dunia dan akhirat kecuali dengannya, dan bila terluputkan darinya akan mengakibatkan sengsara.
b. Berjihad melawan diri sendiri dengan mengamalkan ilmu yang dipelajari. Karena jika hanya sekedar ilmu tanpa amal, akan memberi mudharat kepada jiwa atau tidak akan ada manfaat baginya.
c. Berjihad melawan diri sendiri dengan mendakwahkan ilmu yang telah dipelajari dan diamalkannya, mengajarkan kepada orang yang belum mengetahui. Jika tidak demikian, ia akan tergolong ke dalam orang-orang yang menyembunyikan petunjuk dan penjelasan yang telah Allah turunkan. Dan ilmunya tidaklah bermanfaat serta tidak menyelamatkannya dari adzab Allah Subhanahu wa Ta'ala
Kesimpulan jihad menjadi fardhu ‘ain pada empat perkara:
1. Apabila bertemu dengan musuh
2. Apabila negerinya dikepung musuh
3. Apabila diperintah oleh imam(pemimpin tinggi negara)
4. Apabila diperlukan atau dibutuhkan